Kamis, 27 September 2012

Horja Sakti Raja Sibagot ni Pohan



Setelah Siraja Hutalima meninggal dunia, Kesehatan Tuan Sorba ni Banua mulai menurun dan sakit – sakitan. Untuk menjalankan tugas – tugas kerajaan, Sibagot ni Pohan dikawinkan dan dinobatkan menjadi Raja pengganti Tuan Sorba ni benua. Setelah lama menderita sakit akhirnya Tuan Sorba ni Banua meninggal Dunia.

Berselang beberapa tahun, terjadi musim kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan tanam tanaman disawah mati kekeringan dan ternak (kerbau, lembu, kuda) menjadi kurus karena rumput rumputpun tak ada yang tumbuh. Raja Sibagot ni Pohan mulai pusing memikirkan malapetaka yang menimpa negeri. Kemudian dia memanggil “ Datu parmanuk diampang,” ( dukun yang pandai melihat tanda  tanda dari seekor ayam yang dipotong dan ditutup dengan bakul ) untuk menanya apa gerangan penyebab maka terjadi musim kemarau yang berkepanjangan. Dukun yang melaksanakan acara ritual itu mengatakan : “ mamereng boa – boa ni parmanuhon on, ingkon elehon do sahala ni ompu, paluan ogung sabangunan jala lahaton horbo sitingko tanduk asa udan paremean. “ ( melihat tanda – tanda dari ayam yang dipotong ini, harus dibujuk sahala nenek moyang dengan memukul gendang dan memotong kerbau besar, baru turun hujan pemberi berkah ).

Mendengar petunjuk yang diberikan dukun itu Raja Sibagot ni Pohan berjanji akan memenuhinya. Lalu mengumpulkan penduduk negeri memberitahukan akan diadakan Horja Sakti mengelek sahala ni ompu. Pada saat perundingan itu Raja Sibagot ni Pohan mengatakan kepada adiknya Sipaettua, Silahisabungan dan Siraja Oloan : “ Ala Maol do luluan borotan dohot umbu – umbuan na Porlu tu Horja Sakti on, hamu na tolu ma borhat tu harangan laho mamulung. “ ( karena sulit mencari kayu borotan dan ramuan yang perlu untuk Horja Sakti ini kalian bertigalah pergi kehutan untuk mengumpulnya.)

Mendengar perintah raja Sibagot ni Pohan itu, ketiga adiknya tercengang. Mengapa harus kami yang disuruh ? demikian terlintas dibenak mereka masing – masing. Walaupun mereka merasa kecewa, perintah Raja Sibagot ni Pohan tetap dilaksanakan. Mereka berangkat ke Harangan Leok ( hutan Leok ) arah Tambunan sekarang. Dalam perjalanan dari balige ke harangan leok, Sipaettua, Silahisabungan dan Siraja Oloan memperbincangkan pemikiran Abang Mereka Raja Sibagot ni Pohan yang tega menyuruh mereka pada hal masih banyak orang lain yang patut disuruh. Karena merasa kecewa, timbul niat tidak mengikuti horja Sakti itu, lalu mereka berkeliling di Harangan Leok menunggu selesai Upacara Horja Sakti.
Setelah diperhitungkan hari pelaksanaan pesta selesai mereka kembali dari harangan leok dan pura  pura tergopoh – gopoh membawa borotan dan pulung – pulungan ( ramuan) kehalaman rumah di Lumban Gorat Balige.

Mereka seakan terkejut melihat borotan yang sudah layu dihalaman rumah itu dan berseru memanggil Raja Sibagot ni Pohan dan Bertanya : “ Bang, inilah Borotan dan Ramuan yang kami ambil dari harangan Leok. Sangat Sulit Mencari Ramuan ini Sehingga kami terlambat pulang. Kulihat dihalaman rumah ada sudah borotan yang layu, apa yang terjadi ? “ Kata Silahisabungan. Dengan senyum dan Ramah Raja Sibagot ni Pohan menjawab : “ Terima Kasih, terima kasih adik sayang. Kalian sehat – sehat semua. Kusangka ada terjadi malapetaka dihutan karena kalian tak pulang. Karena hari yang ditentukan dukun sudah tiba, Horja Sakti sudah selesai dilaksanakan. Borotan dan ramuan yang kalian bawa ini baiklah kita simpan untuk Horja Sakti kelak, Katanyan Membujuk adik adiknya itu .  Dengan tegas Silahisabungan berkata : “ Pantang Ucapanmu Itu . Tak Baik Kita mohon agar terjadi Lagi musim kemarau yang Berkepanjangan “ . Lalu ditimpali Sipaittua dan Siraja Olloan “ Ah…., memang Abang Kurang bijak. Mana mungkin kami adikmu sebagai suhut disuruh mengambil borotan dan pulung pulungan. Kan masih ada orang lain ? Nah, kami serahkan kepada Silahisabungan mengambil keputusan. rupanya mereka bertiga sudah berjanji, bila Horja Sakti dilaksankan Raja Sibagot ni Pohan merek akan meninggalkan kampung halaman.

Dengan suara lembut dan meyakinkan Silahisabungan berkata :“ Abang sebagai raja dinegeri ini telah mempermalukan kami. Apa kata penduduk negeri ini, kami sebagai suhut sudah dianggap jadi anak pungut, kau laksanakan Horja Sakti tanpa kami hadiri. Kami sebagai adik kandungmu tidak kau hargai, memang tindakanmu itu tidak manusiawi. Untuk menjaga harga diri, lebih baik kami menjauhkan diri. Berangkatlah kami bertiga tinggallah abang seorang diri, mudah – mudahan mula jadi memberikan rejeki “.
Raja Sibagot ni Pohan terpelongoh mendengar kata – kata dan ucapan Silahisabungan yang menyayat hati. Memang benar tuntutan adikku ini, tetapi apa mau dibuat nasi sudah menjadi bubur. Sebagai raj takmungkin mengalah, lalu berkata : ” sudahlah Silahisabungan, kalau soal jawab tidak ada tandinganmu, terserah kalian bertiga apa permintaanmu tidak saya larang, :

Mendengar kata Raja Sibagot ni Pohan yang kurang persulasif ini Silahisabungan marah dan berkata “sudahlah, mana jambar { bagian ) kami dalam Horja Sakti itu, Supaya kami berangkat dari kampong ini . kami tidak perlu lagi brhubungan dengan kau, sedang asap apimupun tidak boleh kami lihat dan bila ada pohon pisangku yang berbuah menyembah kekampung ini akan saya tebang.“

Demikianlah akhir pesta Horja Sakti Sibagot ni Pohan yang menimbulkan perpisahaannya dengan adiknya si paetua, Silahisabungan dan siraja Oloan. Dalam berita ini nampak karakter Silahisabungan yang berpendirian teguh dan tak ada tanggungannya dalam soal jawab.

Berita Na Marpantom–Pantom anak Tuan Sorba ni Banua



Tuan Sorba ni Banua Raja yang perkasa di Toba Balige menginginkan agar anak – anaknya kelak menjadi panglima perang yang termasyur. Untuk mewujudkan cita –citanya itu maka Tuan Sorba ni Banua mengajarkan anak – anaknya berbagai ilmu pencak silat dan melatih lempar Tombak.

Setelah anak – anakanya memiliki ilmu pencak silat dan matang melempar tombak maka Tuan Sorba ni Banua menyuruh anaknya mengadakan pertandingan perang menombak (marpantom-pantom) antara anak Boru Pasarubu melawan Anak Boru Basopaet. Supaya jangan timbul kecelakaan disuruhnya tombak (hujur ) mereka dibuat dari Pinpin ( sanggar).

Dalam pertandingan perang menombak ( marpantom – pantom ) ini nampak keunggulan anak dari Basopaet (Toga Sumba, Toga Sobu, Toga Pospos ) yang selalu mengalahkan anak Boru Pasaribu. Anak dari Boru Pasaribu ( Sibagot ni Pohan, Sippaettua, Silahisabungan, Siraja Oloan dan Siraja Hotalima) mereka kaget melihat ketangkasan lawannya menangkap tombak ( hujur ) yang mereka lemparkan.

Pada suatu ketika Siraja Hutalima berniat jahat untuk membunuh lawannya itu. Dibuatnya tombak (hujur ) dari Pinpin ( sanggar ) tetapi diujungnya ditancapkan lidi ijuk ( Tarugi ) yang berisi racun. Ketika terjadi pertandingan menombak yang seru, Siraja Hutalima melempar tombak ( hujur ) yang berisi racun itu kepada Toga Sobu, tetapi dengan mudah ditangkapnya. Memperhatikan tombak yang ditangkapnya agak berat lalu lalu diperiksanya. Kemudian Toga Sobu berkata “ Na martahi pamate hami do ho hape“ (bermaksud membunuh kami kau rupanya) katanya sambil melempar tombak itu kembali kepada Siraja Hutalima, dan kena pada matanya. Siraja Hutalima mencerit karena matanya berdarah. Sibagot ni Pohan menghunus pedang mau membunuh Toga Sobu, Karena disangkanya Toga Sogu yang berbuat jahat. Untung Silahisabungan cepat melerai dan bertanya kepada Siraja Hutalima “ Hujur ni ise do on, (Tobak Siapa nih)  katanya sambil menarik tombak itu dari mata Siraja Hutalima. Siraja Hutalima menjawab: “ hujurhu do I hahang, “ (tombaknya si abang) katnya sambil menjerit. Kemudian silahisabungan mengatakan bahwa Toga Sobu tidak bersalah, karena yang terjadi adalah senjata makan tuan. Sekarang kita bawa Siraja Hutalima kekampung supaya cepat diobati. Sejak itu Siraja Hutalimas sakit – sakitan dan akhirnya meninggal dunia.

Akhibat kematian Siraja Hutalima, Toga Sumba, Toga Sobu dan Toga Pospos merasa takut tinggal bersama anak dari Boru Pasaribu. Akhirnya mereka bersama Boru Basopaet pindah kedaerah Humbang dan Silindu. Dalam berita ini nampak kebijakan Silahisabungan yang masih muda belia menghindarkan pertumpahan darah.

Cerita Anak2 Raja Silahisabungan

Tarombo Raja Silahisabungan memang kalo dilihat adalah Tarombo yang benar-benar sulit untuk dimengerti karena banyaknya pihak-pihak yang ingin membuat perekayasaan tarombo. Ini sudah pasti menjadi bahan perbincangan di setiap penjuru dan pelosok dimana pun Keluarga SilahiSabungan berada.

Adapun hal itu saya akan coba membantu anda dalam membuat Tarombo Raja SilahiSabungan.
Raja Silahisabungan mempunyai 2 orang istri yaitu
1. Pinggan Mattio br. Padang Batanghari (boru dari seorang Raja Pakpak yaitu Raja Parhultop)
    Dari istri yang pertama lahir lah 7 orang anak dan 1 boru yang bernama :
    a. Loho Raja
    b. Tungkir Raja
    c. Sondi Raja
    d. Butar Raja
    e. Bariba Raja
    f. Debang Raja
    g. Batu Raja
   dan seorang anak perempuan (boru) yaitu Deang Namora Boru Silalahi (Boru Silahisabungan)
2. Simillingilling br. Nairasaon ( boru ni Raja Manggarerak)
    Dari istri yang kedua lahir lah seorang anak terakhir yang bernama Tambun Raja yang sekarang lebih dikenal si Raja Tambun.

Dari sekian banyak keluarga Silahisabungan dapat juga kita lihat marga - marga yang termasuk ke Silahisabungan yaitu :
1. Loho Raja --> Silalahi, Sihaloho
2. Tungkir Raja --> Silalahi, Situngkir, Sipangkar, Sipayung
3. Sondi Raja --> Silalahi, Rumasondi, Naiborhu, Sinurat,Doloksaribu, Nadapdap, Rumasingap
4. Butar Raja --> Silalahi, Sidabutar (kalo di Silalahi Nabolak), Sinabutar (kalo di Samosir)
5. Bariba Raja --> Silalahi, Sidabariba (kalo di Silalahi Nabolak), Sinabariba (kalo di Samosir)
6. Debang Raja --> Silalahi, Sidebang
7. Batu Raja --> Pintu Batu, Sigiro, Silalahi
8. Tambun Raja --> Tambun, Tambunan, Daulay

Dan semua keluarga (Pomparan) Raja Silahisabungan diikatkan oleh janji setia dan wasiat yang harus dipegang teguh oleh semua keluarganya yaitu PODA SAGU-SAGU MARLANGAN yang menceritakan Bagaimana cara nya mengasihi keluarganya sendiri.. Betapa sempurnanya poda ini.. karena di dalamnya sudah tersirat pengajaran mengenai kasih terhadap Tuhan, keluarga dan temana dekat kita.. sungguh luar biasa..

Jadi, Mari lah kita berdamai dan bersatu demi kelangsungan besarnya kita GOMPARAN NI OPPUTTA RAJA SILAHISABUNGAN.

Sejarah awal perjalanan Opung Raja Silahisabungan ke Dairi, Pakpak



Menurut buku Tarombo Siraja Batak , Raja Silahisabungan adalah generasi ke -5 dari Siraja Batak . Silsilahnya adalah sbb:

1. Guru Tateabulan dan 
2. Raja Isobaon .

1.Guru Tateabulan , mepunyai 5 (lima )orang anak laki-laki , yaitu :
1.1. Siraja Biak – biak .
1.2. Sariburaja
1.3. Limbongmulana.
1.4. Sagalaraja.
1.5. Silauraja.

2. Raja isobaon, menpunyai 3 ( tiga ) orang anak laki –laki , yaitu:
2.1. Tuan sorimangaraja
2.2. Siraja asi –asi
2.3. Songkar samaridang

Tuan sorimangaraja , mempunyai 3 ( tiga ) anak laki – laki yaitu :
1. Tuan Sorba ni Julu atau nai ambaton , mempunyai kerajaan di pangururan Samosir.
2. Tuan Sorba ni Banua atau nai Suanon, mempunyai kerajaan di balige Toba.
3. Tuan Sorba ni Jae atau nai Rasaon , mempunyai kerajaan di Sibisa puluan .  

Tuan Sorba ni Banua , seorang raja yang perkasa di Balige mempunyi 2 (dua ) orang istri ,yaitu Anting
malela boru Pasaribu dan boru Basopait . dari boru Pasaribu lahir anaknya 5 (lima ) orang anak laki –laki ,
yaitu :

1. Raja Sibagot ni Pohan ,mempunyai kerajaan di balige.
2. Raja Sipaittuah, mempunyai kerajaan di Laguboti.
3. Raja Silahisabungan , mempunyai kerajaan di Silalahi.
4. Siraja Oloan mempunyai kerajaan di Bakara.
5. Siraja hutalima tidak mempunyai keturunan .

Dari Borupasopait lahir anaknya 3 (tiga ) orang laki – laki yaitu :
1. Toga Sumba menpunyai kerajaan di Humbang.
2. Toga Sobu, mempunyai kerajaan di Silindung .
3. Toga Pospos, mempunyai kerajaan di Silindung

RAJA SILAHISABUNGAN , diperhitungkan lahir tahun 1300 diLumban Gorat Balige dan meninggal tahun 1450 di Silalahi Nabolak.Raja Silahisabungan terkenal seorang “ Datu Bolon “dan termansyur.
Banyak bertita –berita yang menakjubkan tentang Raja Silahisabungan dan keturunannya yang
tertulis dalam buku Tarombo Siraja Batak maupun ceritanya yang terdapat pada keturunan Tuan Sorbani
Banua maupun marga – marga lain ,merupakan bunga rampe sejarah Raja Silahisabungan.

Perkawinan Silahisabungan dengan Pinggan Matio

Setelah Raja Parultop tiba di Balla, ia disambut istrinya dan anak – anaknya, dengan rasa gembira. Mereka tercengang melihat ikan batak yang begitu banyak , lalu bertanya : “ dari mana ihan batak yang banyak ini ? biasanya bapak membawa daging rusa atau burung sekarang jadi lain, “ kata istrinya. Raja Parultop menerangkan pertemuannya dengan Silahisabungan dan menjelaskan perjanjian mereka tentang rencana perkawinan puterinya dengan Silahisabungan.

Keluarga Raja Parultop merasa gembira mendengar berita itu, lalu mempersiapkan peralatan untuk perkawinan puterinya . setelah tiba hari yang ditentukan berangkatlah Raja Parultop bersama rombongannya ke Silalahi dan setelah tiba diatas bukit Laksabunga, Raja Parultop menyalakan api tanda bahwa mereka sudah datang. Melihat asap api itu, Silahisabungan pun menyalakan api tanda bahwa ia telah siap menyambut kedatangan rombongan Raja Parultop.

Silahisabungan menyambut rombongan Raja Parultop ditepi sungai yang agak dalam airnya. Raja Parultop bertanya dalam hati, mengapa Silahisabungan menyambut kami disungai yang agak dalam airnya ini ? kemudian Silahisabungan berkata : “ Tulang suru hamu ma borumuna I sada – sada rot u bariba on, asa hupillit na gabe par sinondukhu. “ ( paman, suruhlah putrinya menyeberangi satu – persatu supaya kupilih yang menjadi istriku ). Baru Raja Parultop mengerti mengapa Silahisabungan menyambut mereka ditepi sungai itu, lalu menyuruh puterinya satu – persatu menyeberangi sungai itu, dengan menjunjung bakul berisi
tipa – tipa. Dari mulai puteri pertama sampai putrid ke enam, rupanya cantik rupawan, rambutnya bagaikan mayang terurai tetapi satupun tidak mengenai dihati Silahisabungan. Baru putri ketujuh yang rupanya agak jelek dan mata agak kero, Silahisabungan melompat menyambut putrid Raja Parultop dan berkata : “ inilah
pilihanku paman, menjadi istriku, mudah – mudahan paman merestui dan Mulajadi Nabolon memberkati semoga kami menjadi rumah tangga yang bahagia dan mempunyai keturunan yang banyak, “ katanya.

Sebelum diberkati, Raja Parultop masih menanya Silahisabungan lalu berkata : “ Mengapa kau pilih putrid bungsu ini ? perawakannya agak pendek dan rupanya pun jelek, padahal kakaknya semua cantik parasnya “. Kemudian Silahisabungan menjawab : “ paman, memang kakak yang enam orang itu semuanya cantik rupanya, tetapi tidak merasa malu tadi menarik sarungnya keatas lututnya sewaktu menyeberangi sungai ini, “ katanya dengan halus. Sebenarnya gadis yang enam orang itu dilihat Silahisabungan dapat berjalan diatas air karena mereka adalah manusia jadi – jadian ( jolma so begu ) yang dibuat Raja Parultop untuk menguji kedukunan Silahisabungan. Tetapi hal itu tidak dinyatakannya supaya jangan mempermalukan mertuanya. Sejak itulah sungai itu bernama “ Binangsa so maila “.

Raja Parultop dan istrinya merestui dan memberkati anak menantunya, lalu berkata : “ Goarmu ma borungku pinggan matio boru Padangbatanghari, anggiat ma tio parnidaan dohot pansarianmu tu jolo ni ari. Asa boru parsonduk bolon ma ho sipanggompar sipanggabe, partintin na rumiris parsanggul na lumobi, paranak so pola didion, parboru so pola usaon. Panggalang panamu, sipatuat na bosur, sipanangkok na male. Ho pe hela na borju,goarmu silahisabungan, sabungan ni hata sabungan ni habisuhon dohot sabungan ni hadutoan. Nunga dipatuduhon ho habisuhon do hot hadatuonmu na mamillit parsinondukmon, partapian
simenak enak maho perhatian so ra monggal parninggala sibola tali. Asa saut ma ho gabe raja bolon jala na tarbarita, pasu-pasuon ni mulajadi Nabolon,”katanya.